Selasa, 02 Juni 2020

Aha! Project

Pemenang adalah mereka yang selalu melihat  peluang dalam  setiap masalah,  pecundang adalah mereka yang selalu melihat masalah  dalam setiap peluang

Kak Rosa, Kak Ara, kak Enes, dan kak Tyas, mereka berempat menginisiasi munculnya gagasan sosial www.ahaproject.id untuk membantu anak-anak yg terhalang fasilitas internet di negeri ini, sehingga tidak bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yg layak seperti anak-anak kita di masa pandemi. 

Sudah bergerak di 35 titik, 13 provinsi dan 1600+ anak negeri ini bisa mendapatkan pembelajaran yang berkualitas tanpa teknologi tinggi.

Mereka tidak bisa sendiri, masih banyak anak yg menanti, yuk kita kolaborasi untuk negeri

Bagaimana caranya? Ada banyak cara yg bisa teman-teman pilih

Cara 1:
Bagikan web ahaproject.id agar bertemu dengan mereka yang memerlukan

Cara2:
Unduh, print dan bagikan lembar kerja dan media belajar di ahaproject.id ini secara gratis, gunakan untuk putra putri bapak ibu dan sedekahkah ke anak-anak yang memerlukan

Cara 3:
Menjadi local champion, kakak-kakak yg siap membagi lembar kerja dan mendampingi adik-adik belajar.

Cara 4 :
Memiliki lembar kerja/permainan/lagu/lapbook/flash card yg bisa diupload di web? Yuk kirimkan ke tim ahaproject.id agar bisa menyebar ke seluruh negeri.

Cara5:
Kirim artikel atau informasi yang bermanfaat untuk anak-anak, untuk diupload di web

Cara 6:
Kirim Donasi, agar dampak Aha! Project makin meluas ke seantero negeri.

Kunjungi www.ahaproject.id

Sabtu, 17 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Ke Sepuluh - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Hari ini aku baru saja melewati hari yang panjang bersama teman-teman Lapan. Aku berbagi apa yang ku tahu dan ku pelajari terutama dalam dunia pendidikan. Kami saling sharing tentang pengalaman kami bergelut dalam dunia pendidikan. Sepintas tadi aku mengajak teman-teman Lapan untuk memahami dan mengenal dirinya melalui Tallent Mapping.

Nah, ngomong-ngomong tentang Tallent Mapping. Aku mulai mencoba tes dan mengerjakan assesmentnya sekitar saat usiaku 20 tahun. Dan ku temui strenght dominanku adalah Communicator, Educator, Motivator, Mediator, Selector, Synthesizer.

Dalam buku itu membahas banyak sekali relasi dari bakat, seperti fungsi dari TM sendiri, apa ciri dari meaningful life dan lainnya serta 34 aktivitas berdasarkan tema bakat. Jujur setelah aku memahami diriku dan bakat yang ada di dalamnya, aku semakin yakin untuk melangkah dan begitu berbinar-binar ketika melakukan aktivitas dalam kuadran 1 yaitu yang aku suka dan bisa melakukannya.

Aku juga mengkonsultasikannya kepada mentorku tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan bakat yang ada dalam diriku.

Sekian ceritaku di hari ke 10 ♡

#hari10
#tantangan10hari
#gamelevel5
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional

Jumat, 16 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Kesembilan - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Dirgahayu RI ke-74. Merdeka!

Yeay hari ini bertepatan dengan malam tirakatan di lingkungan RT rumahku. Sebelum mengikuti malam tirakatan, ku sempatkan lagi untuk membaca. Pilihanku kali ini jatuh ke SKGB Edisi 7 tentang Refleksi. Aku memang sudah pernah membacanya. Namun masih sama, ketika aku membacanya lagi hatiku sangat trenyuh. Sungguh.

Mengapa menjadi guru?

Salah satu pertanyaan yang tertulis dalam bacaan itu. Singkat, dan begitu dalam rasanya. Satu hal yang pasti. Dalam setiap kata pada kalimat itu tersirat, dengan memahami WHY-nya, kita bisa lebih teguh dalam perjuangan pendidikan kita menjadi seorang guru. Kebetulan ada satu hal pertanyaan dalam lubuk hatiku yang serupa dengan apa yang termuat dalam tulisan itu. Akhir Agustus aku dimandatkan untuk mengikuti pelatihan strategi pembelajaran. Mengapa banyak sekali pelatihan serupa? Mengapa jarang sekali pelatihan tentang kegiatan yang memfasilitasi seorang guru?

Mari merefleksi bersama...

Apa refleksi hanya sekadar mengingat kembali? Apa refleksi sekadar introspeksi? Bukan ternyata. Refleksi lebih ke menganalisis tentang sebelumnya dan merencakan sesuatu yang ada di depan. Kebanyakan dari kita masih takut gagal, menutupinya, tak ingin m
erefleksinya. Padahal kegagalan adalah batu permata, dan merefleksinya akan membuatny semakin bersinar. Apa ujian dan tes akhir itu refleksi yang bermakna? Lebih bermakna mana dengan refleksi yang berasal dari dorongan internal dan demi pengembangan diri? Tentu jawabannya adalah nomor 2.

Jadi guru beratkah? Ingat lagi. Kata Mengapa tadi. Refleksi seorang guru selalu dan selalu berjalan. Bukan hanya ketika lesson plan sudah dikumpulkan dan di tandatangani kepsek. Bukan hanya ketika tes sudah dikerjakan. Lebih dari itu, respon murid di setiap tahapan dan umpan baliknya. Itulah pointnya.

#hari9
#tantangan10hari
#gamelevel5
#pohonliterasi
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional

Kamis, 15 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Kedelapan - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Selamat malam ♡

Rasanya aku segera ingin ke Jakarta. Aku rindu ♡

Readers, setuju kan? Apabila orangtua dan guru adalah pendidik? Pernyataan
normatif yang seringkali kita dengar. Tapi apakah relasi orangtua dan guru telah menggambarkan relasi dua pendidik yang dewasa dan mengarahkan pada tujuan yang sama? Meski saling mengenal, tapi seringkali komunikasi orangtua dan guru terbatas pada komunikasi formal dan
hanya bila ada kepentingan, tanpa mengenai sisi personal kedua belah pihak.
Meski mempunyai tujuan yang sama dalam mendidik anaknya tapi seolah guru dan orangtua berjalan sendiri. Padahal berjalan berdua lebih indah #eh.

Nah, readers. Buku yang kubaca selanjutnya adalah SKGB tentang Melibatkan Orangtua di Sekolah. Kebetulan aku juga pernah mengikuti kelas ini saat TPN kelas kemerdekaan lho. Ketika itu aku masih ingat bahasan kami adalah tentang Buku Komunikasi Orangtua. Tak lain dan tak bukan manfaatnya adalah saling terkoneksinya orangtua dan guru dalam persiapan mendidik anak. Biasanya terkait apa yang sudah dipelajari anak hari ini yang bisa dikembangkan orangtua di rumah.

Di SKGB ini aku mengambil beberapa point bagaimana agar menjalin komunikasi dengan orangtua. Di antaranya yaitu jujur, adìl dan faktual, berpikir positif, menjadi pendengar yang aktif, luangkan waktu dan posisikan diri sebagai partner. Saya masih ingat kata-kata Pak Bayu bahwa alam akan bertindak sesuai prasangka kita. Termasuk pun orangtua, apabila kita menyetting mindset kita bahwa orangtua adalah pratner, maka tidak akan ada label negatif yang merusak jembatan keduanya.

Selain itu kita juga bisa melakukan service excellent pada orangtua dan murid dengan C2S. Ceritakan apa yang terjadi dengan anak. Senyum ketika bertemu dengan orangtua. Serta S yang terakhir yaitu Sapa, sapa ketika orangtua menjemput murid kita.

Nah sekian dulu ya♡

#hari8
#tantangan10hari
#gamelevel5
#pohonliterasi
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional

Rabu, 14 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Ke tujuh - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Alhamdulillah ♡ manasik haji SOL LP berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Ku ucapkan pula Selamat Hari Pramuka untuk Pramuka se-Indonesia ♡

Nah, readers hari ini aku akan berbagi tentang buku yang aku baca. Sebenarnya kebiasaan seorang Oca adalah membaca, mempraktikkan serta mengalami suatu kejadian, membaca lagi hal yang sama baru kemudian merefleksi hal tersebut. Sampai akhirnya aku akan bilang "AHA, itu toh yang dimaksud". Panjang juga ya prosesnya hehe. Tapi inilah diriku dan aku bahagia belajar dengan seperti ini. Okay readers, jadi sebuah bacaan yang ku baca (lagi) adalah SKGB edisi 6 dengan Tema Merdeka Belajar. Jika berbicara tentang Merdeka Belajar tentu aku sudah mendengarkan sangat lama. Mungkin sekitar 2 tahun lalu. Tapi bagaimana dengan esensinya? Untuk benar- benar memahami dan terus hidup dengan merdeka belajar prosesnya berjalan kurang lebih 1 tahun dan direfleksi dengan TPN 2018 lalu. Lama kan? 😃

Lanjut yak...

Kenapa guru harus belajar?

Setujukah jika guru harus belajar dengan sesama rekan guru?

Setujukah jika murid kita adalah para pembelajar terbaik? Jadi, kenapa kita harus memaksakan mereka dalam hal belajar?

Bagaimana ciri murid yang merdeka belajar?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang harusnya dipahami oleh seorang guru. Ya, termasuk diri saya sendiri.

Untuk pertanyaan 1 - 3 mari kita jawab dalam hati sebagai sebuah renungan. Aku yakin jauh dari lubuk hati kita semua tahu jawabannya.

Kita masuk ke bagaimana sih ciri murid yang merdeka belajar? Pertama, murid yang merdeka belajar adalah yang punya komitmen belajar pada dirinya sendiri, dia tahu target yang ingin dia kuasai. Kedua, dia mandiri dan paham strategi apa yang harus dia pakai untuk memahami suatu materi. Dan yang ketiga adalah dia tahu kekuatannya, bagian mana yang harus dia kembangkan.

Bagaimana? Siapkan kita membantu murid kita? Bukankah guru itu juga seorang motivator, psikolog, teman curhat, penari, pedongeng dsb? 😊

Sekian ceritaku ♡

#hari7
#tantangan10hari
#gamelevel5
#pohonliterasi
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional

Selasa, 13 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Keenam - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Alhamdulillah meskipun di sela-sela kesibukan persiapan manasik haji anak-anak namun, aku masih bisa ber-me time dengan membaca e-book.

Baiklah readers, kali ini aku mau berbagi tentang surat kabar yang ku baca. Judulnya "Mengelola Kelas, Memanusiakan Hubungan". Sebenarnya aku sudah membaca SKGB edisi 7 ini. Tapi bahasannya yang menarik membuatku ingin membaca terus sebagai sebuah reminder. Nah readers, ngomong-ngomong tentang "Memanusiakan Hubungan", aku jadi ingat TPN 2018 lalu. Kebetulan tema yang diangkat adalah Memanusiakan Hubungan.

Cuusss, ku lanjut ya.
Jadi garis besar di SKGB ini adalah tentang sebuah manajemen kelas. Kalau kita berbicara tentang manajemen, hampir semua dari kita paham bahwa manajemen adalah jantung dari suatu sistem. Nah hubungannya mengelola kelas dan memanusiakan hubungan apa dong?

Guru yang memanusiakan hubungan,
sejak awal merencanakan pengajaran
yang berfokus pada hal yang relevan
dan memancing keterlibatan aktif murid.
“Memanusiakan hubungan mestinya dilandasi
ketulusan dan keadilan, hanya itu yang mungkin
menumbuhkan iklim kelas yang positif”.

Sampai di sini sudah paham kan? Dari suatu hubungan yang dimanusiakan akan timbul sebuah iklim yang positif. Sebab murid kita bukanlah botol kosong yang hanya dijejal materi dan target. Tapi juga perlu sebuah kenyamanan interaksi dan perhatian. Dari situlah kelas yang baik tercipta. Hubungan yang baik, menghasilkan apa yang disampaikan guru dapat terserap dengan baik pula.

Salah satu bahasan di SKGB ini yang menarik adalah bagaimana memulai kelas yang keren dengan 3 kegiatan awal menyenangkan. Yang pertama adalah membakar emosi negatif dari sebuah kertas, lalu ember kertas yang berisi apa yang masih siswa ingat tentang materi yang lalu dan melakukan kalimat penggoda. Kalimat penggoda di sini adalah pola kalimat yang memacing murid agar antusias terhadap yang sebenarnya adalah intruksi sederhana.

Mataku seperti berbinar ketika aku membaca tentang hal seperti ini ♡
Sekian cerita dariku.

#hari6
#tantangan10hari
#gamelevel5
#pohonliterasi
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional


Senin, 12 Agustus 2019

Game Level 5 Hari Kelima - Reading Time ♡

Assalammualaikum readers,

Malam dan bintang menyapa dari dinginnya Salatiga.

Readers, kali ini aku akan berbagi tentang buku yang aku baca yang berjudul Gurunya Manusia. Penulisnya, Sang Gurunya Manusia, idolaku sedari aku duduk di bangku kuliah awal. Ya, Pak Munif Chatib.

Dari Pak Muniflah aku memahami bahwa sekolah bukanlah warung. Sekolah itu institusi sumber daya manusia tingkat tinggi. Jadi, butuh orang-orang uang punya komitmen dan kompetensi untuk membangunnya. Ketika hakikat belajar dikembalikan kepada hakikat manusia, tidak semua orang bisa menerimanya. Banyak orang yang menganggap mustahil. Namun, Pak Munif punya keyakinan, bahwa belajar itu harus manusiawi. Dan belajar itu harus menyelam dalam kondisi siswanya. Ya, itulah yang membuatku semakin ingin mendalaminya.

Dari buku inilah, dan dari beliau lah aku banyak belajar bagaimana cara menjadi gurunya manusia. Bahkan jika ditanya "Apa peranku hidup di dunia?" Salah satunya adalah menjadi gurunya manusia. Banyak kisah sederhana terkupas, contoh pendidikan ala gurunya manusia yang akhirnya bisa ku terapkan di kelas. Alhamdulillah.

Terlebih lagi dipaparkan pula teori apersepsi, quantum teaching, tentang zona alpha, lesson plan dan lainnya. Alhamdulillah aku banyak belajar dari beliau. Semoga suatu saat kelak ku bisa bertemu beliau dan sekolah di Next Edu. Aamiin.

Sekian cerita dariku♡

#hari5
#tantangan10hari
#gamelevel5
#pohonliterasi
#kuliahbundasayang
@institute.ibu.profesional